Rabu, 11 Agustus 2010

Term Of Reference (TOR) Program READ 2011 Kabupaten Poso

TERM OF REFERENCE (TOR) PROGRAM READ 2011

1. PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERINTAH DESA
Pengembangan Kapasitas Pemerintahan Desa ditujukan untuk meningkatkan kemampuan aparat desa dalam mengkaji kebutuhan, menentukan prioritas dan menyusun perencanaan, menjamin terlibatnya majoritas kelompok miskin, dan meningkatkan keterkaitan proses perencanaan di tingkat desa (Musrenbangdes), kecamatan dan kabupaten. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dilaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: Penguatan Perencanaan Desa, Pelibatan Kelompok Miskin, dan Peningkatan Pelayanan Aparat Pemerintah.
a. Penguatan Perencanaan Desa
Penguatan Perencanaan Desa terdiri dari 5 (lima) sub kegiatan, yaitu: Pertemuan Awal, Survei Desa, Perencanaan Desa Tahunan, Penyusunan Materi Penguatan Perencanaan, dan Studi Banding Aparat Desa.
1). PERTEMUAN AWAL
a). Latar Belakang
Pertemuan awal adalah pertemuan yang dilaksanakan di setiap desa yang terpilih sebagai lokasi program READ. Pertemuan awal ini untuk memperkenalkan program READ kepada masyarakat dan dilaksanakan dalam 2 (dua) tahap yaitu Pertemuan Awal Pertama dan Pertemuan Awal Kedua. Pertemuan Awal Kedua dilaksanakan dua minggu setelah masyarakat membuat kesepakatan melaksanakan program READ di desanya. Pada Pertemuan Awal Kedua ini perlu dibentuk UPDD. UPDD singkatan dari Unit Pengelola Dana Desa, yang dibentuk di setiap desa dan terdiri dari perwakilan kelompok-kelompok masyarakat di desa yang bersangkutan.
Pelaksanaan Pertemuan Awal Pertama dan Pertemuan Awal Kedua perlu dijelaskan secara rinci agar pelaksanaannya efisien, efektif, dan berhasil guna.






2. PERTEMUAN AWAL PERTAMA
(1). Tujuan
Tujuan pertemuan awal pertama di setiap desa adalah untuk menginformasikan Program READ dan mekanisme pelaksanaan kegiatan di desa, serta menumbuhkan kelompok READ.
(2). Output, Outcome, Impact
(a) Output
 Terlaksananya pertemuan awal pertama di setiap desa lokasi program READ.
 Tersosialisasikannya program READ kepada masyarakat di setiap desa lokasi program READ.
 Tumbuhnya kelompok READ.
(b) Outcome
 Terbentuknya komitmen dari desa yang bersangkutan untuk ikut serta dalam program READ dan mereka menerima fasilitator desa selama masa program;
 Adanya kesiapan kelompok READ untuk melaksanakan kegiatan program READ.
(c) Impact
Ditetapkannya desa-desa lokasi program READ dan kelompok sasaran di kabupaten Poso lokasi program READ.
(3). Peserta
Peserta pertemuan ini terdiri dari laki-laki dan perempuan meliputi unsur-unsur: aparat desa, penyuluh pertanian, wakil RW/Dusun, wakil RT, Kontaktani/wakil setiap kelompoktani, perwakilan masyarakat dari setiap RT (termasuk rumah tangga terisolasi/kelompok etnis minoritas, dan keluarga miskin).
(4). Pelaksana
Kegiatan ini difasilitasi oleh Penyuluh Pertanian dan atau Fasilitator Desa serta dibantu oleh Staf DMU.
(5). Waktu
Kegiatan ini dilaksanakan sebelum kegiatan program READ dimulai di desa yang bersangkutan.
(6). Lokasi
Lokasi kegiatan ini di 20 desa baru lokasi program READ tahun 2011.
(7). Proses Pertemuan
(a). Persiapan
 Penyuluh Pertanian dan atau Fasilitator Desa dibantu oleh DMU menyampaikan rencana kegiatan ini kepada Kepala Desa, bahwa sebelum kegiatan Program READ dimulai, akan dilaksanakan dahulu Pertemuan Awal sebanyak 2 (dua) kali dengan selang waktu 2 (dua) minggu. Kemudian harus dijelaskan tujuan, hasil yang diharapkan, dan bagaimana proses pelaksanannya. Sekaligus disepakati waktu, tempat, peserta, dan lain-lain.
 Mempersiapkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap persiapan antara lain; penentuan calon peserta; nara sumber, undangan jadwal, biaya pelaksanaan, ATK, dan lain-lain.

(b). Pelaksanaan
 Penyuluh Pertanian/Fasilitator Desa dibantu oleh DMU menyiapkan tempat, peralatan yang diperlukan (antara lain:materi Program READ), dan lain-lain.
 Acara pertemuan:
• Penyampaian materi Program READ dan mekanisme pelaksanaan kegiatan READ oleh Staf DMU, dilanjutkan dengan diskusi.
• Selesai pertemuan awal pertama harus ada komitmen dalam bentuk pernyataan dari desa yang bersangkutan untuk ikut serta dalam program READ dan harus menerima fasilitator desa selama masa program.
• Apabila desa yang bersangkutan telah menyetujui untuk mengikuti program READ, maka dua minggu kemudian para peserta pada pertemuan awal pertama ini harus datang pada pertemuan awal kedua dengan tujuan membentuk Unit Pengelola Dana Desa (UPDD) beserta pengurusnya. Untuk itu setiap perwakilan kelompok masyarakat miskin menyiapkan satu orang yang sanggup menjadi pengurus UPDD.
• Syarat menjadi pengurus UPDD antara lain:
 Warga desa yang bersangkutan;
 Bisa membaca dan menulis;
 Besedia bekerja untuk membangun desanya;
 Dinilai oleh masyarakat jujur dan berkarakter baik;
 Sukarela, tidak mendapat imbalan;
 Bertanggung jawab dan bersedia; mengembangkan dana desa dari Program READ;
 Dan lain-lain.

(c). Pelaporan
Pelaporan pelaksanaan kegiatan pertemuan awal pertama ini disusun oleh Penyuluh Pertanian/Fasilitator Desa dibantu DMU, kemudian dikirim kepada DMU.
Laporan berisi antara lain: latar belakang, tujuan, output, peserta, materi, pemandu, proses pertemuan dan hasil, dan lain-lain.



3. PERTEMUAN AWAL KEDUA
(1). Tujuan
Tujuan Pertemuan Awal Kedua adalah untuk membentuk Unit Pengelola Dana Desa (UPDD) yang akan mengelola pelaksanaan pembangunan infrastruktur desa dan pengelolaan dana pengembangan usaha pertanian.
(2). Output, Outcome, Impact
(a). Output
 Terlaksananya Pertemuan Kedua di setiap desa lokasi program READ.
 Terbentuknya UPDD beserta pengurusnya di desa yang bersangkutan dikukuhkan minimal oleh Kepala Desa.
(b). Outcome
UPDD mengelola pelaksanaan pembangunan infrastruktur desa dan pengelolaan dana pengembangan usaha pertanian dengan baik (efisien, efektif, dan berhasil guna).
(c). Impact
 Pembangunan infrastruktur bermanfaat bagi masyarakat miskin untuk akses pasar, akses produksi pertanian dan mencapai hidup sehat.
 Pengelolaan dana pengembangan usaha pertanian bermanfaat bagi masyarakat miskin untuk meningkatkan usaha peranian budidaya dan non budidaya.
(3). Peserta
Peserta pertemuan ini adalah peserta Pertemuan awal Pertama.
(4). Pelaksana
Kegiatan ini difasilitasi oleh Penyuluh Pertanian/Fasilitator Desa serta dibantu oleh Staf DMU.
(5). Waktu
Waktu pelaksanaan kegiatan ini 2 (dua) minggu setelah Pertemuan Awal Pertama.
(6). Lokasi
Lokasi kegiatan ini di 20 desa baru lokasi program READ tahun 2011.
(7). Pelaksanaan
(a) Persiapan
Mempersiapkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap persiapan antara lain; penentuan nara sumber, undangan, jadwal, biaya pelaksanaan, ATK, dan lain-lain.
(b) Proses Pertemuan
 DMU menyampaikan materi tentang UPDD (pengertian, fungsi, syarat pengurus, tugas masing-masing pengurus, dll.).
 Proses pembentukan UPDD dan pengurusnya yang difasilitasi oleh Penyuluh Pertanian/Fasilitator dibantu DMU sesuai Pedoman Pembentukan UPDD.
(c) Pelaporan
Pelaporan pelaksanaan kegiatan pertemuan awal pertama ini disusun oleh Penyuluh Pertanian/Fasilitator Desa dibantu DMU, kemudian dikirim kepada DMU.
Laporan berisi antara lain: latar belakang, tujuan, output, peserta, materi, pemandu, proses pertemuan dan hasil, dan lain-lain.





















4. SURVEY DESA

a). Latar Belakang
Survey Desa dalam hal ini adalah kegiatan Participatory Rural Appraisal (PRA) untuk mengkaji masalah dan potensi desa secara partisipatif oleh masyarakat desa sebagai bahan menyusun perencanaan desa. Kegiatan ini merupakan tahapan awal untuk meningkatkan keterampilan dalam perencanaan dan tata pemerintahan desa bagi aparat desa (strengthening village planning skills) dalam mengkaji:
(1). Sumber daya, kekuatan, prioritas dan keragaman desa.
(2). Peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan dikaitkan dengan produktifitas kerja, kesejahteraan keluarga, akses dan kontrol pada sumber daya alam, pengambilan keputusan ditingkat desa dan keluarga serta kegiatan sosial di desa yang bersangkutan.
(3). Struktur, fungsi dan komposisi administrator desa dan organisasi masyarakat informal. Pelaksanaan Survei Desa/PRA perlu dijelaskan secara rinci, agar pelaksanaannya efisien, efektif, dan berhasil guna.
b). Tujuan
Tujuan Survei Desa/PRA adalah untuk mengidentifikasi permasalahan dan potensi desa yang dapat digunakan sebagai bahan dasar/pertimbangan perencanaan pembangunan desa.
c). Output, Outcome, Impact
(1). Output
(a) Terlaksananya survei desa/PRA secara partisipasif oleh masyarakat di setiap desa baru lokasi Program READ.
(b) Diperolehnya data/informasi sebagai berikut:
 Sumber daya manusia:
• Jumlah KK miskin laki-laki dan perempuan (petani, non petani);
• Jumlah petani laki-laki dan perempuan (pemilik, penyakap/bagi hasil, buruhtani, dll);
 Sumber daya lainnya, seperti:
• Potensi-potensi di desa maupun di luar desa (berkaitan untuk akses ke pasar, akses peningkatan produksi pertanian, fasilitas hidup sehat) yang mudah dijangkau dan diakses oleh masyarakat miskin , antara lain:
 Luas dan kondisi lahan pertanian (sawah, tegalan, pekarangan, dll);
 Jumlah, volume, dan kondisi infrastruktur: jalan (desa, usaha tani, ke pasar), irigasi, pasar, dll;
• Jumlah dan kondisi fasilitas umum untuk mendukung hidup sehat, seperti air bersih, WC, saluran air, dan lain-lain.
• Jumlah dan kondisi kelompoktani, Gabungan Kelompoktani, koperasi, bank, dan kelembagaan ekonomi lainnya yang ada di desa dan mudah dijangkau oleh masyarakat miskin;
 Masalah-masalah yang dihadapi masyarakat miskin yang berkaitan untuk akses ke pasar, akses peningkatan produksi pertanian, fasilitas hidup sehat.
 Peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan di desa yang berkaitan dengan:
• produktivitas kerja,
• kesejahteraan keluarga,
• akses dan control pada sumber daya alam,
• pengambilan keputusan di tingkat desa dan keluarga,
• kegiatan sosial desa,
(c) Struktur, fungsi dan komposisi administrator desa dan organisasi masyarakat informal.
(d) Dan lain-lain.
2). Outcome
(1). Meningkatnya keterampilan aparat desa dalam melaksanakan perencanaan pembangunan desa dan tata pemerintahan desa;
(2). Tersusunnya rencana pembangunan desa sesuai dengan potensi dan masalahnya.
3). Impact
Pembangunan desa yang berkaitan dengan pertumbuhan kegiatan ekonomi yang berkelanjutan, perbaikan pengelolaan sumber daya alam serta infrastruktur untuk akses ke pasar, akses produksi pertanian, dan hidup sehat dilaksanakan sesuai perencanaan dan berhasil dengan baik serta dapat dimafaatkan oleh masyarakat miskin.
d). Peserta
Peserta kegiatan ini adalah perempuan dan laki-laki dari unsur-unsur aparat desa, UPDD, dan perwakilan dari kelompok-kelompok masyarakat miskin di desa, dan lain-lain.
e). Pelaksana
Kegiatan ini difasilitasi oleh DMU dan dibantu oleh PFU, Fasilitator Desa (FD) serta Penyuluh Pertanian.
f). Tahapan Pelaksanaan
(1). Tahap Persiapan
(a) Menyampaikan informasi kegiatan ini kepada Kepala Desa dan menyepakati peserta, tempat pertemuan, dan lain-lain.
(b) Menyiapkan keperluan survey desa/PRA, antara lain: biaya, ATK, undangan, dan lain-lain.
(2). Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan Survei Desa/PRA dapat dilaksanakan 2 (dua) hari atau lebih.
(a) Pembukaan: didahului dengan klarifikasi tujuan yang hendak dicapai, menjelaskan kewajiban peserta selama kegiatan berlangsung, dan lain-lain.
(b) Proses survey desa dengan metode PRA yang dipandu oleh Fasilitator Desa/Penuluh Pertanian/Staf DMU, sehingga mendapatkan data/informasi pada output di atas.
(c) Fasilitator Desa/Penyuluh Pertanian/Staf DMU yang tidak sedang memandu mencatat hasil survey desa.
(3). Tahapan Pelaporan
Pelaporan pelaksanaan kegiatan ini disusun oleh Penyuluh Pertanian/Fasilitator Desa dibantu DMU, kemudian dikirim kepada DMU.
Laporan berisi antara lain: latar belakang, tujuan, output, peserta, materi, pemandu, proses pertemuan dan hasil, dan lain-lain.
g). Lokasi
Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di setiap desa baru lokasi program READ.
h). Waktu
Kegiatan ini dilaksanakan setelah Pertemuan Awal Kedua dan sebelum kegiatan Perencanaan Desa Tahunan.

Rabu, 17 Desember 2008

Agroforestri

AGROFORESTRI

Pengertian Agroforestri
Agroforestri adalah sistem penggunaan lahan terpadu, yang memiliki aspek sosial dan ekologi, dilaksanakan melalui pengkombinasian pepohonan dengan tanaman pertanian dan/atau ternak (hewan), baik secara bersama-sama atau bergiliran, sehingga satu unit lahan tercapai hasil total nabati atau hewan yang optimal dalam arti berkesinambungan (P.K.R. Nair)
Agroforestri adalah sistem pengelohan lahan berkelanjutan dan mampu meningkatkan produksi lahan secara keseluruhan, merupakan kombinasi produksi tanaman pertanian (termasuk tanaman tahunan) dengan tanaman hutan dan/atau hewan (ternak), baik secara bersama atau bergiliran, dilaksanakan pada satu bidang lahan dengan menerapkan teknis pengelolaan praktis yang sesuai dengan budaya masyarakat setempat (K.F.S. King dan M.T. Chandler)
Dari beberapa defenisi tersebut, agroforestri merupakan suatu istilah baru dari praktek-praktek pemanfaatan lahan tradisional yang memiliki unsur-unsur:
Penggunaan lahan atau sitem penggunaan lahan oleh manusia
Penerapan teknologi
Komponen tanaman semusim, tanaman tahunan dan/atau ternak atau hewan
Waktu bisa bersamaan atau bergiliran dalam suatu periode tertentu
Ada interaksi ekologi, sosial, ekonomi

Rabu, 10 Desember 2008

Reuni SMA Negeri 1 Poso

Setelah reuni kami kumpul lagi di cafe Aries jl. Monginsidi Poso, membahas rencana kegiatan reuni sma 1 poso untuk angkatan 90-an (90, 91, 92, 93, 94,95). sambil rapat menikmati menu kaledo. tau nggak..... yg bayar makanannya sahabat kami FARHAT ABAS dan SIDIK IBRAHIM, buat aat dan sidik trima kasih yaa.......atas dukungan dananya.

Reuni Akbar SMA 1 Poso

lik, ela, adhe lagi serius membicarakan masa-masa sma.

Reuni Akbar SMA 1 Poso

angk. 92 menyumbangkan sebuah lagu "kisah kasih disekolah" dalam acara reuni.

Reuni SMA Negeri 1 Poso

saya bersama, anas, vavan, agus, mafud, boby, ateng, yg pake topi merah bukan alumni loh, hhe he, namanya enal caleg DRPRD Poso

Reuni Akbar SMA 1 Poso

Franky dan Ela mewakili angk 92 memberi bantuan untuk SMA neg1 1 poso, yg diterima kepala sekolahnya.

Reuni Akbar SMA 1 Poso

Reuni Akbar SMA 1 Poso

yang pake topi sutradara ajan, mustafa, david, agung, dan gatot

Reuni Akbar SMA 1 Poso

KLIK GAMBARnya, tebak siapa saja mereka, he.. he........

Reuni Akbar SMA 1 Poso

16 tahun berlalu, angkatan 92 tetap akur, acara reuni akbar yg di gagas angk 88. inilah wajah teman-teman sma 1 poso angk 92, adhe safari, mustafa, vavan, yudit, iksan, franky, afif, david, rulya, ela, mila, ria tomboy, ria feminim he..heh turut bergabung angk, 93 ateng, gana dll
(supaya te' penasaran KLIK GAMBARnya)

Sabtu, 06 Desember 2008

Pelatihan di Bandung


dua generasi yang berbeda berpose di sela-sela istrahat pada kegiatan pelatihan teknologi budidaya kentang di Pengalengan Bandung propinsi Jawa barat,

Jumat, 05 Desember 2008

Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing Produk Pertanian

Peningkatan Nilai Tambah dan
Daya Saing Produk Pertanian
Materi Penyuluhan Oleh : Mustafa A. Tohan, SP., MP


Pengolahan dan pemasaran hasil pertanian diarahkan untuk mewujudkan tumbuhnya usaha yang dapat meningkatkan nilai tambah dan harga yang wajar di tingkat petani, sehingga petani dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya. Untuk mendukung kebijakan tersebut, maka strategi yang perlu ditempuh antara lain: (a) meningkatkan mutu produk dan mengolah produksi menjadi bahan setengah jadi, (b) meningkatkan harga komoditi hasil pertanian dan pembagian keuntungan (profit sharing) yang proporsional bagi petani, (c) menumbuhkan unit-unit pengolahan dan pemasaran hasil pertanian yang dikelola oleh kelompok tani/gabungan ketompok tani atau asosiasi tanaman pertanian, (d) meningkatkan efisiensi biaya pengolahan dan pemasaran serta memperpendek mata rantai pemasaran, (e) mengurangi impor hasil petanian dan meningkatkan ekspor produk pertanian.

Upaya pengembangan pengolahan dan pemasaran produk pertanian yang akan dilaksanakan antara lain: (1) pengembangan dan penanganan pascapanen dengan penerapan manajemen mutu sehingga produk yang dihasilkan sesuai persyaratan mutu pasar, dalam kaitan tersebut diperlukan pelatihan dan penyuluhan yang intensif tentang manajemen mutu, (2) pembangunan unit-unit pengolahan di tingkat petani/gapoktan/asosiasi, (3) pembangunan pusat pengeringan dan penyimpanan di sentra produksi produk hasil pertanian, (4) penguatan peralatan mesin yang terkait dengan kegiatan pengolahan dan penyimpanan komoditi pertanian, antara lain alat pengering (dryer), corn sheller (pemipil), penepung, pemotong/pencacah bonggol, mixer (pencampur pakan), dan gudang, (5) penguatan modal, (6) pembentukan dan fasilitasi sistem informasi dan promosi, serta asosiasi komoditi pertanian, dan (7) pengembangan industri berbasis hasil pertanian produk dalam negeri.

Kegiatan pascapanen merupakan bagian integral dari pengembangan agribisnis, yang dimulai dari aspek produksi bahan mentah sampai pemasaran produk akhir. Peran kegiatan pascapanen menjadi sangat penting, karena merupakan salah satu sub-sistem agribisnis yang mempunyai peluang besar dalam upaya meningkatkan nilai tambah produk agribisnis. Dibanding dengan produk segar, produk olahan mampu memberikan nilai tambah yang sangat besar. Daya saing komoditas Indonesia masih lemah, karena selama ini hanya mengandalkan keunggulan komparatif dengan kelimpahan sumberdaya alam dan tenaga kerja tak terdidik (factor–driven), sehingga produk yang dihasilkan didominasi oleh produk primer atau bersifat natural recources-based dan unskilled-labor intensive.

Departemen Pertanian telah menetapkan 17 komoditas yang menjadi prioritas pembangunan pertanian lima tahun mendatang (2005 – 2010) yaitu: padi, jagung, kedelai, kelapa, cengkeh, tanaman obat, pisang, jeruk, bawang merah, angrek, sapi, kambing dan domba, unggas, kelapa sawit, karet dan kakao. Dari empat belas komoditas yang menjadi mandat prioritas Puslitbang/Balai Besar yang berada di bawah Badan Litbang Pertanian, teridentifikasi 7 komoditas yang memiliki prospek untuk dikembangkan agroindustrinya yaitu: padi, jagung, kelapa, cengkeh, pisang, jeruk dan hasil ternak.




Padi, pengembangan pascapanen beras lima tahun mendatang masih di titik beratkan pada perbaikan kualitas gabah dan beras serta pemanfaatan hasil samping dan limbahnya, karena produksi padi nasional sudah terserap untuk kebutuhan pokok. Dari volume produksi padi nasional sebesar 51,85 juta ton pada tahun 2003, akan diperoleh hasil samping berupa beras patah dan menir sebesar 12,30 juta ton (25 %) yang dapat dimanfaatkan untuk produksi tepung beras, dan limbah sekam sebesar 1,36 juta ton (20%). Penggunaan sekam umumnya untuk bahan bakar bata, campuran pembuatan bata, genteng, grabah dan media tumbuh.
Bila produksi tepung beras diproyeksikan sebesar 1 persen dari total potensi beras patah dan menir yang tersedia, maka akan dihasilkan tepung beras sebesar 0,13 juta ton/tahun. Harga tepung beras Rp. 4000/kg, berarti nilai ekonomi produk tepung beras tersebut mencapai Rp. 520 milyar/tahun. Dari total potensi sekam sebesar 10,36 juta ton, bila diproyeksikan sebesar 10 % dapat dimanfaatkan untuk arang sekam, akan dihasilkan arang sekam sebanyak 0,62 juta ton/tahun (rendemen 60%). Harga arang sekam Rp. 750/kg, berarti nilai ekonomi produk arang sekam tersebut mencapai Rp. 465 milyar/tahun.
Untuk meningkatkan mutu beras dan gabah, dibutuhkan sarana dan prasarana penanganan pascapanen mulai dari panen, perontokan, pengeringan, penggilingan dan sarana penunjang. Dibutuhkan mesin perontok padi (Power thresher) sebanyak 336.852 unit (masa usia teknis 5 tahun) dengan biaya investasi Rp.2.56,- trilyun. Perlu dilakukan peremajaan alat penggilingan padi, yang jumlahnya saat ini mencapai 110.611 unit dengan usia alat 10 tahun, maka diperlukan biaya investasi sebesar Rp. 100,3 trilyun. Diperlukan mesin pengering padi sebanyak 110.611 unit dengan biaya investasi sebesar Rp. 3,37 trilyun. Kebutuhan lantai jemur seluruh Indonesia sebanyak 110.611 unit (kapasitas 5 ton/300m2, usia teknis 5 tahun) dengan biaya investasi sebesar Rp.2.21 trilyun. Total kebutuhan biaya investasi untuk kegiatan pascapanen padi dalam sepuluh tahun sebesar Rp. 188 trilyun.
Jagung, pemanfaatan teknologi pengolahan jagung berpeluang meningkatkan nilai komoditas jagung tidak hanya sebagai sumber pakan tetapi dapat diolah menjadi berbagai produk pangan yang bernilai ekonomi seperti corn-flake, pop-corn, tepung jagung, pati jagung dan minyak jagung. Pati jagung potensial mensubstitusi terigu maupun tapioka dari 20-100%. Jika pati jagung menggantikan 10% saja, maka diperlukan 0,3-1,0 juta ton pati jagung per tahun. Pascapanen jagung selama ini masih dkerjakan secara tradisional. Dengan teknologi yang ada (existing technology), maka diperlukan investasi teknologi baik untuk pengolahan jagung di sektor hulu maupun hilir. Untuk pengembangan industri pati jagung, dibutuhkan investasi mencapai Rp 80-160 miliar.
Jeruk, produksi jeruk nasional mencapai 1,6 juta ton (70-80 % jeruk siam) dengan nilai perdagangan sebesar Rp. 3,3 triliun, tetapi Indonesia masih mengimpor jeruk segar dan hasil olahannya seperti konsentrat dan instant jeruk dan flavor lemonen. Teknologi penanganan jeruk segar untuk ekspor masih sederhana, perlu ditingkatkan dengan membanjirnya jeruk impor dan meningkatnya tuntutan konsumen terhadap mutu jeruk segar. Teknologi pengolahan juicing perlu dikembangkan di Indonesiai untuk memanfaatkan kelebihan produksi jeruk, maupun untuk mengurangi jeruk kualitas rendah di segmen pasar jeruk segar.
Industri produk antara (pure juice dan konsentrat) yang dikembangkan tidak hanya menguntungkan industri hulu tetapi juga bisa memacu pertumbuhan industri hilir (sirup, jam, jeli, sari buah, dsb). Total kebutuhan investasi untuk pengembangan agroindustri jeruk hingga tahun 2010 mencapai 3,08 triliun rupiah.
Pisang, industri pengolahan pisang di Indonesia selain mampu memasok pasar domestik dan juga sudah mulai mengekspor. Namun terbatasnya daya serap pasar domestik dan persaingan pasar yang semakin ketat, sehingga kesinambungan industri pengolahan masih kurang lancar. Sebagai makanan, buah pisang dapat diolah mejadi beragam produk yang lezat antara lain, seperti : kripik, ledre, getuk jus, puree, sale, jam, dan pisang goreng/bakar. Buah pisang juga dapat diolah menjadi tepung, makanan bayi, cuka, cider (wine) dan sirup glukosa. Hampir sebagian besar produk ini sudah diproduksi skala komersial (UKM).
Bahan baku pisang merupakan faktor utama yang harus terjamin baik kuantitas maupun kontinuitas. Kebutuhan pisang untuk industri pengolahan skala rumah tangga (10-50 kg/hari), skala UKM kripik (100-120 kg/hari), sale (1,5-2 ton/bln), ledre (70-120 kg/hari), puree (300-500 kg/h) dan tepung (700-1000 kg/minggu). Skala besar, membutuhkan kapasitas + 10-12 ton pisang segar/hari. Untuk melayani pasar dalam negeri terutama pasar-pasar swalayan dan luar negeri, kultivar pisang yang disenangi adalah kelompok cavendish. Untuk memenuhi kebutuhan buah dan produk olahan pisang untuk ekspor pada tahun 2010 diperkirakan memerlukan areal pertanaman sekitar 5.000-6.000 ha atau dibutuhkan sekitar 5-7 perusahaan skala besar. Industri pengolahan pisang skala besar lebih diarahkan pada industri tepung (1,5-2 ton/minggu), puree (600 kg – 1,5 ton/hari) dan jam (1-2 ton/hari), karena untuk memproduksi produk-produk tersebut diperlukan peralatan khusus yang cukup mahal. Kebutuhan bahan baku diperkirakan mencapai 60.000 ton per tahun.
Kelapa, komoditas kelapa memiliki berbagai macam kegunaan baik untuk industri pangan maupun non-pangan. Pengembangan produk utama, produk turunan, dan produk samping dari kelapa ditujukan untuk mengejar perolehan nilai tambah domestik (retained domestic value added) secara maksimal. Dari pohon industri kelapa yang mempunyai prospek pasar meliputi nata de coco, minuman isotonik air kelapa, desiccated coconut, santan kelapa, virgin coconut oil, pakan ternak, arang tempurung, arang aktif, tepung tempurung kelapa, serat sabut kelapa, dan produk turunan (oleokimia) dari virgin coconut oil (minyak kelapa murni). Harga minyak kelapa murni sesuai standar CODEX Alimentarius di pasar internasional mencapai US $ 9 per kg, jauh di atas harga minyak goreng.
Air kelapa merupakan cairan yang mempunyai kandungan gizi, terutama mineral, yang sangat baik untuk tubuh manusia, sehingga air kelapa berpotensi dijadikan minuman isotonic drink. Permintaan terhadap produk santan kelapa dan desiccated coconut dimasa datang akan meningkat terutama untuk konsumsi dalam negeri, seiring dengan terjadinya perbaikan ekonomi domestik dan perubahan gaya hidup masyarakat perkotaan yang lebih mementingkan segi kepraktisan.
Sebagian agroindustri kelapa dapat dikembangkan dalam skala industri kecil dan sebagian dalam industri besar. Beberapa jenis produk agroindustri kelapa dapat dikembangkan dalam bentuk kluster antara industri kecil dengan industri menengah seperti industri sabut kelapa (industri kecil) dengan industri finishing serat sabut kelapa (industri menengah), industri arang tempurung (industri kecil) dengan industri arang aktif (industri menengah). Agroindusti oleokimia dari kelapa merupakan industri teknologi tingi, dan diproyeksikan akan dapat dilaksanakan lima tahun mendatang. Total kebutuhan investasi untuk pengembangan agroindustri kelapa selama 5 tahun diperkirakan mencapai Rp. 1,8 trilyun.
Cengkeh, produksi bunga cengkeh Indonesia sebagian besar (80-90%) diserap oleh industri rokok kretek, sisanya untuk industri rempah-rempah lokal dan diekspor. Potensi tanaman cengkeh yang belum dimanfaatkan secara optimal adalah daun cengkeh (daun gugur) dan tangkai bunga. Produk olahan yang dapat dihasilkan dari bunga, daun dan tangkai bunga/gagang adalah (1) minyak cengkeh, (2) eugenol yang diisolasi dari minyak cengkeh dan (3) senyawa derivat dari eugenol. Produksi minyak cengkeh terutama menggunakan bahan baku daun gugur, telah lama dilakukan oleh pengusaha Indonesia. Skala usahanya umumnya skala Usaha Kecil Menengah (UKM) yang lokasi produksinya di sentra tanaman cengkeh terutama di Jawa dan Sulawesi Utara. Pasokan minyak cengkeh Indonesia ke pasar dunia sebesar 1.317 ton atau sekitar 60% kebutuhan dunia. Eugenol yang terdapat dalam minyak cengkeh merupakan bahan baku yang banyak dipakai dalam industri kesehatan gigi (obat kumur, pasta dan formulasi bahan penambal gigi), sebagian kebutuhan eugenol di dalam negeri masih diimpor. Untuk investasi agroindustri minyak cengkeh pada periode 2005-2010, diperlukan 600 unit pengolahan minyak cengkeh. Perkiraan biaya investasi setiap unit usaha penyulingan dengan kapasitas ketel suling 5.000 liter tersebut sebesar Rp. 158.000.000,- , dengan total kebutuhan investasi untuk 600 unit usaha adalah Rp. 94.800.000.000,-.
Hasil Ternak, produk olahan ternak yang cukup potensial dan prospektif dikembangkan di Indonesia adalah kulit samak dari sapi, kambing dan domba serta kulit bulu (fur) domba samak, dan bulu itik. Kebutuhan kulit dunia cukup tinggi, hal ini merupakan peluang dan prospek yang cukup besar bagi pengembangan industri penyamakan kulit (baik kulit sapi maupun domba dan kambing). Bulu unggas khususnya itik memiliki peluang yang cukup besar untuk dikembangkan. Peluang dan prospek itik untuk menghasilkan bulu (down feather/bulu halus, small feather, bulu kasar) cukup besar. Bulu itik yang halus (down feather) setelah mengalami prosesing mempunyai nilai jual ekspor yang tinggi yaitu sebesar 9-11 Euro per kg (1 Euro = Rp. 9.500
Powered By Blogger
SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA